Advertise

Cerita Pendek Aji TBSL


Udara dingin malam ini membuatku cepat sekali mengantuk.
Diatas dipan kecil kurebahkan tubuhku. Seperti biasa aku tidur tanpa baju,hanya memakai sarung saja.Sambil memejamkan mataku,aku membaca TBSL.Sebuah kalimat penjagaan diri agar tak diganggu oleh kejahatan2,baik yg dilakukan manusia atau sebangsa jin.
Tak berapa lama diantara tidur dan jaga,aku didatangi seorang wanita cantik berbau harum.
Aku yakin tubuhnya yg mengeluarkan keharuman,bukan dari
pakaiannya yg memakai parfum.

Wanita itu mendekatiku perlahan.
Aku mau bangkit dari posisi rebahku tapi tak bisa.Seolah ada beban berat yg memaksaku telentang.
Kucoba sekuat tenaga untuk bangkit lagi tetapi tetap tak bisa juga.
Wanita itu semakin dekat kepembaringanku.Sekali lagi kukerahkan tenagaku,tapi tetap tak bisa juga.Malah tubuhku tak bisa kugerakkan
sama sekalihilang segenap kekuatanku.Aku pasrah saja pada apa yg terjadi,Entah apa yg hendak dilakukan wanita cantik yg tiba2
muncul,tanpa kuketahui darimana asalnya.
Hanya mataku saja yg terus menatap pada wanita cantik itu.
Wanita itu memakai baju terusan putih agak
tipis,seperti baju tidur,membayang dua gunung kembar didadanya.
Wanita cantik itu berdiri disamping kananku seraya tersenyum manis.
Harum tubuhnya terasa sekali setelah wanita itu mendekat.Keharuman yg
aneh.

"Saya tahu siapa kamu...dan untuk apa kamu berada disini..."
wanita itu setengah berbisik ketelingaku.

Aku hendak menyahuti wanita itu,tapi aku tak bisa berkata2.Suaraku seolah tersekat ditenggorokan.Wanita cantik itu duduk dipembaringan disebelah kananku.
Matanya yg tajam menatap mataku dalam2,seolah ingin menembus hatiku.Seolah ingin masuk keragaku.

Tatapan matanya terus saja memandangi wajahku,kemudian perlahan beralih kedadaku yg telanjang,terus sampai kekakiku,seperti menaksir kekuatanku.
Risih sekali rasanya dipandangi wanita cantik dalam keadaanku sekarang,yg tak bisa bergerak.Hanya mataku saja yg terus memandangi kelakuan siwanita cantik itu.

"Kamu cukup kuat untuk memakai ajian ini...dan kamu akan menjadi ahli
dalam ilmu ini..." wanita itu bangkit dari duduknya dipembaringanku.

"Tapi kamu harus memperdalam lagi aji TBSL itu...Tahukah kamu
siapa khadam aji TBSL...Itulah aku..." bisiknya.
 Tiba tiba Wanita cantik itu berputar putar dihadapanku.Saking cepatnya berputar hanya berupa bayangan saja yg kuliat.Mataku sampai nanar menatap putaran bayangan wanita itu.

Tiba2 bayangan itu berhenti berputar.Dihadapanku berdiri seorang
perempuan cantik yg tadi tapi sekarang berjilbab putih dengan
busana panjang seperti pakaian perempuan sholehah,terlihat anggun
dan berwibawa.
Ditangan kanannya tergantung tasbih biji pukah berukuran sebesar kancing baju. Perempuan itu lalu memegang kepalaku.

"Bangunlah...!" katanya.
Seketika aku bisa bangun dan duduk dihadapan perempuan
itu.Lalu aku duduk bersila dgn menyilangkan kaki kanan diatas kaki kiri.Tangan kanan bersatu dg tangan kiri ditengah persilangan kaki.


" Aku harap aji TBSL ini tidak kau salah gunakan,karna siapa yg mampu menguasai ilmu ini,dunia dlm genggamannya..." kata perempuan itu penuh
wibawa.

Sekedip mataku kemudian perempuan itu menghilang digelap malam.Tinggallah aku sendiri memaknai kejadian itu.
Selengkapnya

Puisi "Sepenggal Cerita Pagi"


Pagi yg ranum dalam geliat kesejukan embun.
Kusapa sudut hatiku.
Masihkah kau bermain dalam otakku.
Lembaran hari mencibirkan senyum.
Aku hanya tertawa dalam seribu tanya.
Tak lebih.
Pagiku masih ranum.
Matahari masih menyapaku dalam damai.
kesejukan embun pagi membelaiku dengan pelukan kelembutannya.
Bidadariku.
Putri impianku.
Sepenggal cerita di pagi buta.
Bukan ilusi penghias hari.
bmasin,31122011
Selengkapnya

Puisi "Rindu"


Kini rinduku terlunta lunta.
Dalam penantian yg
semakin diam.
Ditirai malam kesendirian.
Wajah kuyu ini kupaksa
tersenyum. Untuk penghias sepi jiwa
tanpamu. Karena aku tetap
memujamu meski cabikan
nyata dan sorot mata
terus mengawasimu.
Dan kau tak bergerak
mengusap helai helai dahaga.
Balikpapan,25102011
Selengkapnya

Puisi "Kita"


Mengalirlah perlahan kemuara.
Dari titian waktu yg kadang cemburu dan ingin membunuh.
Dari kalimat sangkala menegur ombak.
Menghantam kisi kisi hati.
Lalu lamat menepi rohku di penghujung keabadian.
Adalah cinta dibibirku yg manis,bersarang didadamu.
Mengalirlah perlahan kemuara.
Pertemuan dari wujud kesakralan jiwa.
Aku dan kamu seiring menahan laju musim.
Sungai itu adalah kamu.
Tempat pemandian terahirku.
Dengan kemilau kejernihan.
Bukan laut yg menghimpit fir’aun.
Bukan laut yg menenggelamkan titanic.
Mengalirlah perlahan kemuara.
Balikpapan,01112011.
Selengkapnya

Puisi "Tukung 2"


Lintasan kidung dibibirmu membahana sepanjang jingga pantai.
Renyah mengurai makna mistery.
Aku melipat kediaman.
Trotoar bisu mengemban gumpalan kalimat cakrawala.
Senja mempesona.
Buliran merah saga dibalik awan putih lembut.
Belaian angin meredam keluh.
Kucipta butiran asa padamu.
Disini.
Aku kembali berbaur pada pasir,ombak dan kaki telanjang gadis kota.
Seraya kuseka keringat yg mengalir bagai hujan.
Pulau itu seperti dulu,tak berubah dan masih sendiri.
Berdiri dijajaran kemilau ombak dan cahaya bahtera.
Balikpapan,21112011
Selengkapnya

Puisi "Tukung"


Sepasang bulan redup mengitari pelangi.
Bergandengan menuju remang malam.
Awan perak dibalik rimba meruncing.
Peri kecil memainkan sayapnya.
Saat itu kita bertemu,disini.
Memadukan khayalan tentang sunset petang.
Kau pernah berkata padaku “ketinting kita terlalu kecil untuk menyeberang”
aku punya seribu puisi,sedang kau punya satu hati.
Tapi aku takluk padamu.
Karena siangmu yg benderang.
Dan akulah malam penyanjung misteri diatas pulau tukung.
Hampir saja hujan melarikan hembusan nafasku.
Sedang kita belum bertemu.
Balikpapan 31122011
Selengkapnya

Puisi "Ternyata Kau Disini"




Ternyata kau disini.
Dalam setiap hurup yg kutulis
Dalam setiap renung yg kuarung.
Kutahu ada senyum nan gemilang menyambuti malam.
Meski kau tetap membenarkan pikiranmu sendiri.
Meski telah kau robek argumen sepi.
yang mengembang hingga rindupun terlantar.
Terpuruk mencumbu nalar.
Apalah aku olehmu sayang.
Mungkin hanya seonggok daging dalam kulkas.
Bisa diremukkan mesin penggilas.
Aku tak bisa menjual pahala seperti mereka.
Pdf kosong dan presentasi bodong.
Aku tak punya kedok dan bermuka muka.
Untuk apa bermanja manja.
Sajakku terurai buat hati.
Mereka yg terusir dari surgawi.
Lebih baik kukasih saja pada semesta.dengan cuma cuma
Hingga langit terbuka.merinai tawa.
Daripada kumakan segala luka.Orang terhimpit tak berdaya.
Karena bukan itu tujuanku disini.
karena ternyata engkau disini.
Selengkapnya